Mendorong Ekonomi dengan Membangun Industri Pertambangan dan Konstruksi yang Tangguh Pasca-Covid
19 August, 2020

Mendorong Ekonomi dengan Membangun Industri Pertambangan dan Konstruksi yang Tangguh Pasca-Covid

Pandemi COVID-19 saat ini telah sangat mempengaruhi ekonomi global, situasi yang kemungkinan besar akan bertahan dalam jangka panjang, kecuali kebijakan strategis jangka panjang industri dikembangkan. Coronavirus telah menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia, membunuh banyak orang dan menciptakan krisis kesehatan global, yang lambat laun dapat menyebabkan krisis ekonomi yang hebat di seluruh dunia. Dampak langsung dari krisis ini adalah hilangnya nyawa, pekerjaan, dan triliunan dolar produksi yang menyebabkan resesi yang mendalam di sebagian besar negara. Namun, efek pandemi terhadap perekonomian kemungkinan besar akan bertahan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang, mempengaruhi tren industri tertentu dan dengan demikian mengubah lanskap beberapa sektor ekonomi. Oleh karena itu, penting bagi negara dan mitra keuangan untuk bekerja sama dalam membangun ketahanan pada tulang punggung ekonomi mereka dengan mendorong industri yang kompetitif. Itulah sebabnya di Islamic Development Bank, kami meluncurkan laporan global tentang membangun ketahanan industri dari 57 negara anggota kami.

Semenjak menjabat di Islamic Development Bank (IsDB), saya mendirikan program 5-year President’s program (P5P) yang menekankan pada penguatan daya saing negara-negara anggota IsDB di industri strategis melalui investasi publik dan mobilisasi sumber daya swasta. Program ini mengedepankan pendekatan baru IsDB dalam melakukan bisnis; pendekatan yang berfokus dalam mendukung pembangunan, pertumbuhan, dan inovasi bersamaan dengan mempromosikan industri seperti pertambangan dan konstruksi. Untuk lebih membantu negara-negara anggota kami sekaligus membuka jalan dalam mengembakan industri tersebut, IsDB meluncurkan laporan yang membahas mengenai masa depan industri pertambangan dan konstruksi.

Laporan ini diluncurkan tepat waktu. Pada masa pandemi global COVID-19 seperti saat ini, sangat penting untuk memahami masa depan dan rantai nilai yang ada di dalamnya guna membangun dan memperkuat kembali industri tersebut. Pemahaman ini sangat penting ketika industri pertambangan dan konstruksi merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi bagi banyak negara anggota kami. Sektor pertambangan dan konstruksi sangat penting bagi ekonomi negara anggota IsDB. Dengan mengadopsi kebijakan industri berwawasan ke depan, hal ini dapat memungkinkan negara-negara anggota memperoleh lebih banyak nilai dari pertambangan dan konstruksi melalui pendapatan yang lebih tinggi, ekonomi yang lebih terdiversifikasi, dan juga peningkatan jumlah pekerja yang terampil.

Laporan IsDB menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: bagaimana keadaan industri dengan adanya pandemi global? Bagaimana posisi negara-negara anggota IsDB saat ini dan seberapa siap mereka untuk masa depan industri-industri tersebut? Bagaimana cara membuka potensi negara anggota IsDB di dunia yang sangat bergejolak? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, laporan ini mengkaji tren utama masa depan yang akan membentuk masa depan industri, yang mencakup namun tidak terbatas pada tren teknologi, lingkungan, dan demografis.

Teknologi inovatif saat ini dan yang akan datang dapat menghambat jalur industri pertambangan dan konstruksi. Penambangan di masa depan akan sangat cerdas dengan munculnya analitik canggih dan Internet of Things (IoT) yang mengarah ke berbagai otomasi dan teknologi labor-augmented, dan akan mengarahkan negara-negara untuk beralih dari aktivitas ekstraksi ke aktivitas pemrosesan yang lebih bernilai tinggi. Pencetakan 3 dimensi & konstruksi modular serta membangun pemodelan informasi dengan konektivitas digital yang ditingkatkan akan meningkatkan produktivitas di sektor konstruksi secara substansial, yang akan memberikan dampak positif pada keterjangkauan perumahan secara signifikan.

Namun, agar negara-negara anggota dapat mengadopsi kebijakan industri berwawasan ke depan dalam konteks tren penting yang saya sampaikan, kita harus memahami posisi negara-negara anggota IsDB saat ini, dan seberapa siap mereka untuk beradaptasi dan membangun ketahanan untuk masa depan. Saat ini, negara-negara anggota IsDB memiliki sebagian besar cadangan mineral dunia, bagian penting yang masih belum dimanfaatkan karena kendala ekonomi dan teknis, yang menunjukkan adanya potensi yang signifikan untuk meningkatkan jumlah produksi. Lebih penting lagi, banyak negara anggota IsDB berfokus pada ekstraksi, sehingga potensi untuk membuka nilai tambahan dengan memperluas ke pemrosesan dan bahkan manufaktur menjadi signifikan.

Laporan ini menjawab pertanyaan terakhir tentang bagaimana membuka potensi negara-negara anggota IsDB di dunia yang sedang bergejolak dengan memberikan rekomendasi utama yang berpusat pada pembangunan rantai nilai ketahanan. Mengingat intensitas energi dari industri pertambangan dan konstruksi, dan masalah kelestarian lingkungan, IsDB merekomendasikan negara-negara anggota IsDB secara strategis berinvestasi dalam jenis energi terbarukan dan hemat biaya, terutama yang sudah menunjukkan potensi besar dalam tenaga surya dan hydro energy. Negara-negara anggota IsDB dapat berhasil dalam investasi ini dengan mengambil langkah tegas untuk menjadi pengadopsi awal atau bahkan pemimpin inovasi dalam teknologi dan proses baru yang menghasilkan solusi hemat energi. Laporan ini menyoroti teknologi baru yang memberikan solusi untuk masalah yang diatas. Namun, agar negara-negara anggota IsDB berhasil dalam mengembangkan industri yang tangguh, diperlukan investasi besar dan strategi yang tepat, yang mana membutuhkan kolaborasi dengan mitra utama seperti negara lain, IsDB, dan juga sektor swasta.

Sebagai contoh, sebuah kolaborasi strategis di bidang kendaraan listrik antara Indonesia dan Guinea dengan negara anggota lain yang berpotensi dalam memproduksi otomotif, akan dapat membuahkan hasil. Kendaraan listrik membutuhkan mineral utama seperti nikel untuk baterai, tembaga untuk kabel dan belitan motor, serta aluminium untuk elemen struktur. Aluminium di pasar kendaraan listrik meningkat dari sekitar 30 persen menjadi 55 persen sementara permintaan nikel kemungkinan akan tumbuh karena merupakan komponen inti dari baterai. Seiring dengan meningkatnya permintaan kendaraan listrik, terutama dengan sharing economy yang semakin penting, negara-negara yang kaya dengan mineral utama kendaraan listrik seperti Guinea (aluminium), Indonesia (nikel, tembaga) dan Maroko (tembaga) dapat berekspansi ke pemrosesan, agar meningkatkan nilai tambah. Yang lebih penting lagi, dengan memanfaatkan semua hal yang saling melengkapi ini dan dengan bantuan IsDB, negara-negara ini dapat membangun platform kolaborasi untuk memasuki pasar kendaraan listrik.

Oleh karena itu, laporan ini tidak hanya memberikan wawasan tentang industri pertambangan dan konstruksi di negara-negara anggota IsDB pada saat ini dan di masa depan, namun juga menyoroti peluang strategis bagi pemerintah, investor, dan organisasi pembangunan lainnya untuk berinvestasi, mendanai, dan berkolaborasi untuk pengembangan industri ini. Laporan ini memberikan visi dan solusi di mana kendala utama diidentifikasi untuk mengatasi masalah penting dan memberikan solusi visioner untuk industri-industri tersebut. Model kolaborasi baru akan membantu berbagi risiko dan membuka potensi pertumbuhan. Membuka peluang investasi swasta akan membutuhkan pembagian risiko yang adil dalam proyek skala besar. Terakhir, kolaborasi antara negara-negara anggota IsDB dapat memberikan peluang untuk saling melengkapi dan mempromosikan investasi besar yang menguntungkan semua pihak.